The Dancing Plague – Orang Menari Hingga Mati (1518)

Table of Contents



 💃 The Dancing Plague – Orang Menari Hingga Mati (1518)

Bayangkan suatu pagi, kamu Bu melihat orang-orang menari di jalanan. Tanpa musik. Tanpa jeda. Tanpa henti.

Itu yang terjadi pada tahun 1518 di Strasbourg (sekarang Prancis). Seorang wanita bernama Frau Troffea mulai menari tanpa alasan. Tak lama kemudian, lebih dari 30 orang ikut menari, seolah dikendalikan sesuatu yang tak terlihat.

Seminggu berlalu, mereka masih menari. Beberapa mulai pingsan, kejang-kejang, bahkan meninggal karena kelelahan, stroke, hingga serangan jantung. Tapi tubuh mereka seperti tidak bisa berhenti menari.

Pemerintah setempat bukannya melarang—mereka malah menyewa musisi, berharap tarian itu akan "keluar" dari tubuh para korban. Tapi hasilnya justru lebih buruk. Korban meningkat jadi lebih dari 400 orang.

Sampai hari ini, tak ada penjelasan pasti.

🧠 Ada yang bilang histeria massal.

☠️ Ada yang bilang dirasuki roh jahat.

🍄 Ada juga yang menduga mereka terkena racun roti berjamur halusinogenik.

"The Dancing Plague" atau Wabah Menari tahun 1518 adalah sebuah fenomena aneh dan mengerikan yang terjadi di Strasbourg, Alsace (saat ini bagian dari Prancis) di Kekaisaran Romawi Suci. Peristiwa ini melibatkan ratusan orang yang tiba-tiba mulai menari tanpa henti, beberapa di antaranya hingga kolaps dan meninggal dunia.

Kronologi Peristiwa:

 * Juli 1518: Wabah ini dimulai ketika seorang wanita bernama Frau Troffea tiba-tiba melangkah keluar rumahnya di Strasbourg dan mulai menari dengan gencar di jalanan. Ia menari tanpa henti selama berjam-jam, mengabaikan permohonan suami dan tetangganya untuk berhenti.

 * Beberapa hari kemudian: Beberapa orang yang menyaksikan tingkah aneh Frau Troffea mulai menirunya. Dalam beberapa hari, lebih dari tiga puluh "koreomaniak" (orang yang terobsesi menari) mulai menari tanpa henti.

 * Agustus 1518: Jumlah penari terus meningkat hingga mencapai sekitar 400 orang. Mereka menari tanpa istirahat, bahkan dalam kondisi cuaca panas, hingga mengalami kelelahan ekstrem.

 * Gejala: Para penari menunjukkan gerakan yang tidak disengaja, mengejang, melambaikan tangan, dan berputar-putar. Mata mereka tampak kosong dan jauh, dan banyak yang berkeringat deras, dengan darah merembes dari kaki yang bengkak.

 * Dampak: Banyak penari pingsan karena kelelahan, dehidrasi, serangan jantung, atau stroke. Beberapa sumber kontemporer menyebutkan bahwa wabah ini bisa menyebabkan kematian hingga 15 orang per hari.

 * Respon Pemerintah: Awalnya, otoritas Strasbourg mengira wabah ini disebabkan oleh "darah panas" dan menyarankan para penari untuk terus menari, bahkan menyediakan panggung dan musisi untuk mereka. Namun, ketika jumlah korban jiwa meningkat, mereka menyadari bahwa pendekatan ini salah.

 * September 1518: Wabah mulai mereda. Para penari yang tersisa dibawa ke kuil di gunung untuk berdoa dan memohon pengampunan.

Penyebab dan Teori:

Hingga saat ini, penyebab pasti "The Dancing Plague" masih menjadi misteri, namun beberapa teori telah diajukan:

 * Histeria Massa (Mass Psychogenic Illness): Ini adalah teori yang paling banyak diterima, terutama oleh sejarawan medis John Waller. Strasbourg pada tahun 1518 sedang dilanda serangkaian kesulitan ekstrem seperti kelaparan, penyakit (seperti cacar dan sifilis), dan gejolak sosial. Tekanan psikologis yang luar biasa ini dipercaya memicu kondisi histeria massa, di mana gejala fisik muncul tanpa penyebab medis yang jelas, dipengaruhi oleh kepercayaan dan ketakutan lokal (misalnya, takhayul terkait St. Vitus yang dipercaya bisa mengutuk orang dengan tarian).

 * Keracunan Ergot (Ergotism): Teori lain mengaitkan wabah ini dengan konsumsi gandum hitam yang terkontaminasi jamur ergot. Jamur ini menghasilkan senyawa beracun dan psikoaktif (mirip LSD) yang dapat menyebabkan halusinasi, kejang, dan gerakan tubuh tak terkendali. Namun, durasi efek LSD biasanya kurang dari 24 jam, sedangkan para penari terus menari selama berminggu-minggu, yang menimbulkan pertanyaan tentang teori ini.

 * Penyebab Medis Lain (Chorea): Beberapa ahli mengaitkan gejala ini dengan "chorea" (dari bahasa Yunani "khoreia" yang berarti "menari"), yaitu gerakan involunter dan rumit yang menyerupai tarian, sering dikaitkan dengan gangguan neurologis. Namun, ini lebih merupakan deskripsi gejala daripada penyebab utamanya.

"The Dancing Plague" bukan fenomena tunggal. Kasus "mania menari" serupa pernah terjadi di Eropa antara abad ke-10 dan ke-16, meskipun wabah di Strasbourg pada tahun 1518 adalah yang paling fatal dan terdokumentasi dengan baik. Peristiwa ini menjadi pengingat betapa kompleksnya interaksi antara kondisi sosial, psikologis, dan lingkungan pada masa itu.


Tapi... siapa yang bisa menari tanpa henti hingga mati?


📌 Kamu percaya ini gangguan psikis... atau kekuatan supranatural?

PERCAYA 👍

GAK PERCAYA 🙏

Post a Comment