Klasifikasi Seni Rupa
Setelah Anda pelajari Pengertian dan Unsur Seni Rupa pada Kegiatan 
Belajar 1 dari modul ini, maka selanjutnya Anda akan mempelajari Klasifikasi Seni
Rupa yang ditemui dalam kehidupan manusia. Sering kali manusia tidak menyadari 
bahwa peran seni dalam kehidupannya sehari-hari sangat menonjol. Seni dalam 
konteks keindahan merupakan salah satu kebutuhan batiniah manusia, karena 
“keindahan” memberikan sentuhan perasaan yang menimbulkan kesenangan, 
ketenangan, kelegaan, kepuasan, kebahagiaan dalam dirinya. Keindahan yang  terdapat di alam atau pada benda buatan manusia dapat dinikmati melalui fungsi 
indriawi.
Pada mulanya kegiatan seni dalam kehidupan manusia tidak dibedakan atau 
diklasifikasikan seperti saat ini, karena kesenian menjadi bagian atau aktivitas yang 
menyatu dengan kehidupan manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu 
pengetahuan dan teknologi kemudian para pakar estetika dan seni 
mengklasifikasikan seni menurut berbagai kategori ditinjau dari aspek yang 
berbeda yang kemudian melahirkan berbagai teori dan konsep seni. Penggolongan 
seni yang umum dikenal adalah penggolongan berdasarkan bentuk, medium, teknik,
dan fungsi.

Berdasarkan fungsi, seni rupa dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori, 
yaitu: (1) seni murni, (2) seni terapan (kriya dan desain) dan (3) seni media baru.
Walaupun ketiga macam atau ragam seni rupa tersebut memiliki medium dan 
bentuk yang berbeda satu sama lain, tetapi ada kaidah-kaidah estetik yang dapat 
diterapkan bagi semua ragam seni. Dalam seni lukis terdapat unsur irama dan 
komposisi, sedang dalam perwujudan seni patung pun juga mengenal irama dan 
komposisi. Maka tidaklah mengherankan bahwa pengenalan dan pemahaman yang baik tentang ragam atau jenis seni rupa tertentu akan membantu Anda dalam 
memahami ragam atau jenis seni rupa yang lain. 
Sebagai pengantar untuk memahami klasifikasi seni rupa secara lebih rinci 
pada modul-modul selanjutnya, maka berikut ini akan dijelaskan tiga kategori seni 
berdasarkan fungsi, yaitu:
(1). Seni murni 
Seni murni adalah suatu konsep atau bentuk seni yang diciptakan untuk 
memenuhi kebutuhan fungsi ekspresi melalui berbagai medium dalam wujud dua 
dimensi atau tiga dimensi. Sebagai contoh: karya lukis, patung, seni fotografi, seni 
grafis merupakan karya seni murni karena dalam penciptaannya mengutamakan 
unsur gagasan dan kebebasan ekspresi, perasaan/emosi dan imajinasi dari 
seniman/seniwati. Seni (murni) pada dasarnya adalah komunikasi antar manusia melalui
pengekspresian perasaan, intuisi serta penafsiran atas sebuah gagasan atau tema 
yang diungkapkan dalam karya seni rupa. Bahasa ungkap yang digunakan dalam 
komunikasi adalah bahasa imajinasi, imaji rupa, ruang, ritme, kata, yang diolah 
sedemikian rupa hingga menjadi simbol visual yang penuh makna. Dalam bahasa 
imaji seniman menciptakan sendiri ungkapan khas atau gaya ekspresi dan 
kreativitas pribadi.
Untuk lebih jelas silahkan Anda baca uraian materi tentang 
beberapa cabang seni rupa murni: 
(a). Seni Lukis 
Menurut Soedarpo, Sp (1990: 11) melukis adalah kegiatan mengolah 
medium dua dimensi atau permukaan datar dari objek tiga dimensi untuk 
mendapatkan kesan tertentu, dengan melibatkan ekspresi, emosi, dan gagasan 
pencipta secara penuh. Sehingga, sebuah lukisan harus dapat menerjemahkan apa 
yang ada dalam objek, tema, atau gagasan secara representatif.
Pendapat lain yang menyatakan bahwa seni lukis adalah sebuah 
pengembangan dari menggambar, biasanya memiliki keunikan atau ciri khas 
tersendiri. Ciri khas ini didasarkan pada tema, corak atau gaya, teknik, bahan, serta bentuk karya seni tersebut. Ekspresi atau coretan-coretan gambar bisa 
dikembangkan menjadi sebuah lukisan, agar lebih bermakna coretan itu perlu 
disempurnakan misalnya imajinasi, emosi, intensitas tebal-tipisnya goresan garis 
dan warna-warnanya. 
Seiring dengan perkembangan zaman seniman semakin bebas dalam 
mengungkapkan ekspresi diri dan kemajuan teknologi, Kegiatan yang melibatkan 
ekspresi, emosi, secara konseptual bisa dikelompokkan berdasarkan fungsi yang 
berbeda, yakni:
Sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang, berkarya seni untuk 
fungsi religius. Manusia menggunakan lukisan untuk mendekatkan diri dengan 
Sang Pencipta sebagai pelindung, dan penjaga dan pengampun dosa. Seperti 
lukisan kaligrafi Amang Rahman yang berjudul “N-Nashr ayat 3” (1991).
Berkarya seni untuk mengungkapkan kesenjangan sosial, peristiwa 
politik, ketidakberdayaan, serta perilaku kehidupan lain yang terjadi dalam 
masyarakat bisa menjadi ide dalam berkarya seni lukis. Objek lukisannya bisa 
dengan simbol-simbol atau perumpamaan yang bisa dikaitkan dengan 
peristiwa. Kritik yang disampaikan berupa bentuk-bentuk kritik yang 
bersinggungan dengan pemerintah, lembaga sosial, ataupun kepada pemegang kekuasaan setempat. Seperti lukisan Dede Eri Supria yang berjudul Trying to 
Growth dan bergaya surealis.
Lukisan berfungsi sebagai media ekspresi dan juga media mencurahkan 
emosi/perasaan. Karya seni lukis tidak hanya mengutamakan keindahan semata 
akan tetapi goresan garis dan sapuan warna merupakan perwujudan dari 
dorongan emosi dan gejolak jiwa pelukisnya. Lukisan bergaya ekspresionis 
Kuda Putih karya Affandi.

Seringkali kita lihat lukisan pemandangan dan abstrak dijual di pinggir 
jalan dengan warna-warna cerah dan mencolok. Fungsi penciptaan karya lukis 
lebih mengutamakan kualitas estetik yang komersil sehingga bentuk dan gaya 
lukisannya cenderung mengikuti selera pasar.
Merujuk pembahasan di atas, sebuah lukisan memiliki ciri khas yang 
disebut gaya atau aliran. Ditinjau cara pengungkapannya aliran dan gaya dalam 
lukisan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu representatif dan non-representatif. 
Berikut penjabaran aliran dan gaya lukisan serta tokoh-tokohnya.
Representatif
Pengertian representatif adalah perwujudan gaya seni rupa menggunakan 
keadaan nyata pada kehidupan masyarakat dan alam. Gaya seni rupa yang 
termasuk dalam representatif adalah sebagai berikut.
(a) Naturalisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya alam atau sesuai 
dengan keadaan alam, melukiskan segala sesuatu dengan alam nyata, sehingga 
perbandingan perspektif, tekstur, atau warna serta gelap terang dibuat, dengan 
seteliti mungkin, lebih indah dari kenyataannya. Pelukis yang beraliran 
naturalism antara lain Basuki Abdullah, Abdullah Suryobroto, Mas Pringadi, 
Wakidi, Claude, Rubens, Constabel, dan lain-lain. Sebagai contoh lukisan
naturalis dari Dullah yang berjudul Kampung Bali dan Penjual Jamu.
RealismeRealisme, yaitu aliran seni lukis yang menampilkan dunia ini apa adanya tanpa 
menambah atau mengurangi objek, penggambaran objek sesuai dengan 
kenyataan hidup. Perupa yang beraliran realis antara lain Trubus, Wardoyo, 
Tarmizi, S. Sudjojono, Dullah, Camille Corot dan William Bliss Baker. Berikut 
beberapa contoh karya lukis beraliran realism.
 Romantik
Romantik, yaitu aliran seni rupa yang lebih bersifat imajiner, aliran ini 
melukiskan cerita-cerita yang romantis, peristiwa yang dahsyat atau kejadian 
yang dramatis. Pelukis yang bergaya romantisme tersebut antara lain Raden 
Saleh, Fransisco Goya, Theodore Gericault dan Turner. Sebagai contoh, 
lukisan berjudul The Raft of Medusa karya pelukis Theodore Gericault (1819).
 
Ekspresionisme
Ekspresionisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan 
keadaan jiwa sang perupa yang spontan pada saat melihat objek karyanya. 
Perupa yang menggunakan aliran ini antara lain Vincent Van Gogh dan Affandi. Sebagai contoh karya lukis Affandi yang berjudul Barong dan Leak.
Barong dalam filosofi kehidupan sosial masyarakat Bali merupakan simbol 
kebaikan, dan Leak merupakan simbql kejahatan, sehingga antara Barong dan 
Leak adalah musuh sebagaimana bertolak belakangnya antara kebaikan dan 
kejahatan.
 
Impressionisme
Impressionisme, yaitu aliran seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan 
kesan saat obyek tersebut dilukis. Perupa yang termasuk dalam aliran ini antara 
lain Claude Monet, Georges Seurat, Paul Cezanne, Paul Gauguin, dan S. 
Sudjojono. 
Surealisme
Surealisme, yaitu aliran seni lukis yang menampilkan bentuk dan warna seperti 
di dalam mimpi. Pelukis mengembangkan daya imajinasi untuk menyampaikan 
pikiran dan perasaan melalui bentuk-bentuk dalam karyanya. Perupa yang 
beraliran ini antara lain Salvador Dali, Ivan Sagita, Agus Kamal, dan Boyke 
Aditya. Lukisan ini mengakses pikiran bawah sadar untuk meningkatkan 
kreativitas seni. Dali menggunakan metode psikoanalisa untuk menciptakan 
realitas dari mimpi dan pikiran bawah sadar, sehingga secara mental mengubah 
realitas dalam karyanya. 
Non-representatifPengertian non-representatif adalah perwujudan aliran seni lukis yang 
menekankan pada unsur-unsur formal; struktur, unsur rupa, dan prinsip estetik. 
Gaya seni lukis non representatif berupa susunan garis, bentuk, bidang, dan warna 
yang terbebas dari bentuk alam. Gaya ini memandang bahwa ekspresi jiwa tidak 
dapat dihubungkan dengan objek apapun, gaya ini menonjolkan bidang yang diisi 
oleh warna dan dipilah dengan garis-garis tegas. Seniman yang berkarya nonrepresentatif antara lain: Amry Yahya, Fajar Sidik, But Mochtar, dan Sadali, 
Wassily Kandinsky, Joan Mirro, W. De Kooning, Jackson Pollock. 
2. Seni Patung
Menurut Encyclopedia Britannica seni patung adalah seni yang 
menggambarkan objek hasil pengamatan atau hasil imajinasi dalam wujud material 
padat bersifat 3 (tiga) dimensi Motivasi penciptaan patung bisa berupa keinginan 
untuk menampilkan kodrat natural, aspek ideal suatu objek ataupun ide tertentu 
dalam pikiran (Curtis, 2001). Proses penciptaan karya patung bertitik tolak dari ide, 
imajinasi, perasaan ataupun kreativitas.
Perkembangan Seni patung secara kronologis diawali dengan perkembangan 
gaya Gotik, Renaisans, Mannerisme, Barok dan Rokoko, Neoklasik, dan Romantik, 
Realisme, Abstrakisme. Pada masyarakat tradisional, pembuatan karya patung 
seringkali dihubungkan dengan kegiatan religi seperti pemujaan kepada dewa atau 
arwah nenek moyang. Pada karya-karya patung modern pembuatan patung 
merupakan ekspresi individu penciptanya karena lebih bebas dan menampilkan 
gaya artistik personal.
Ragam seni patung ditinjau dari bentuk, wujud dan jenis patung, dapat 
dibedakan menjadi tiga: 1) Patung Imitatif (Realis/Representatif), 2) Patung NonFiguratif (Abstrak). 3) Patung Deformatif. Penciptaan beragam seni patung tersebut dilatarbelakangi oleh fungsi yang berbeda, yaitu: 1) Patung sebagai fungsi personal, 
2) Patung sebagai fungsi sosial, 3) Patung sebagai fungsi estetik. 
Seperti halnya seni lukis, seni patung juga sudah dikenal di Indonesia sejak 
zaman prasejarah. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi pembuatan 
karya seni patung seperti suku Asmat di Papua, terkenal dengan patung primitif. 
Pada masa kerajaan Hindu-Budha di Jawa dan Bali, banyak sekali ditemukan hasil 
karya seni patung terutama di candi Hindu dan Budha yang bercorak tradisional.
Pada masyarakat tradisional, pembuatan karya patung seringkali dihubungkan 
dengan kegiatan religi seperti pemujaan kepada dewa atau arwah nenek moyang. 
 
 
Post a Comment
FB. wisnu.natural
WA. 087722452802
IG. @wisnuwirandi